Sejak pertama kali mengetahui bahwa hasil test pack saya pada akhirnya bergaris dua merah, sejak saat itu pula saya yakin dan mantap hanya akan memberikan ASI kepada bayi saya nantinya. Penantian panjang selama satu tahun yang penuh emosi membuat saya tidak akan menyia-nyiakan bayi saya dengan tidak memberikan yang terbaik untuknya kelak. Apalagi setelah tahu bahwa ternyata ASI adalah makanan terbaik bagi bayi terutama di enam bulan setelah kelahirannya. Ada banyak sekali hikmah di balik aktivitas menyusui yang telah disebutkan para dokter, diantaranya:
1. Komposisi ASI berubah-ubah seiring dengan pertumbuhan bayi, menyesuaikan dengan keperluan gizinya.
2. ASI membantu melindungi bayi dari infeksi, alergi, asma, dan banyak kondisi lain.
3. ASI menjamin bayi meminum susu yang bersih dan higienis. UNICEF menyatakan bahwa ASI menyelamatkan jiwa bayi terutama di negara-negara berkembang di mana keadaan ekonomi yang sulit, kondisi sanitasi buruk, dan sulitnya mendapatkan air bersih.
3. Selalu ada setiap saat.
4. Tidak rusak karena disimpan.
5. Sesuai dengan lambung bayi.
6. Minum susu langsung dari payudara ibu mencegah obesitas bagi ibu dan anak.
7. Minum ASI langsung dari payudara ibu menimbulkan kasih-sayang dan memperkuat bonding antara ibu dengan anaknya.
Selain yang disebutkan di atas, apabila menyusui disertai dengan niat yang baik dan mengharap keridhaan Allah, InsyaAllah akan bernilai ibadah di hadapan Allah.
Perjuangan IMD
Akhirnya saat yang dinanti itu datang juga. Setelah rasa sakit yang saya rasakan mulai dari pagi hingga tengah malam, keesokan harinya pada jam 00.30 tanggal 25 Juli 2014 putra kami lahir dengan selamat. Setelah dibersihkan, kami langsung melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) pada Uwais, begitu kami memberinya nama. Sayangnya, karena baru anak pertama dan minim informasi seputar IMD serta kurangnya pengetahuan tentang IMD dari rumah sakit tempat saya melahirkan, proses IMD pada Uwais tidak berlangsung sempurna. Seharusnya, segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di atas perut sang ibu sambil sedikit dibersihkan kecuali tangannya. Dari bau tangan inilah bayi akan dipandu untuk mencapai puting sang ibu yang berbau sama. Waktu itu, setelah dilahirkan, Uwais langsung dibersihkan di tempat yang berbeda oleh para petugas, bahkan ia sudah langsung diseko air hangat. Akibatnya, Uwais tidak terlalu mau menyusui karena sudah keenakan tidur setelah dibersihkan. Bahkan ketika mulutnya sedikit dibuka dan dimasukkan puting, Uwais masih saja terlelap dalam tidurnya, sehingga bisa dikatakan kami gagal untuk proses IMD pada Uwais.
Setelah gagal dengan IMD, kami tidak menyerah begitu saja dan berhenti memberikan ASI kepada Uwais. Sebenarnya, sebelum melahirkan kami sudah mewanti-wanti para petugas untuk tidak memberikan susu formula jenis apapun kepada bayi Uwais. Namun sayangnya pihak rumah sakit belum begitu paham tentang prinsip produksi ASI apalagi bagi ibu yang baru melahirkan. Waktu itu memang produksi ASI saya pada awalnya belum terlalu deras, selain karena belum terlalu disedot oleh Uwais berdasarkan prinsip based on demand, juga karena sehabis dilahirkan hingga berjam-jam setelahnya, Uwais tidur lelap sekali. Sehingga ketika mau disusui, anaknya malah tidur. Selain itu, pihak rumah sakit terus saja merongrong kami untuk segera memberikan susu formula kepada Uwais dengan alasan kasihan bayinya belum makan apa-apa. Saat dipompa pun ASI yang keluar masih sedikit. Ternyata sekarang saya baru mengetahui bahwa ASI yang dibutuhkan oleh bayi yang baru dilahirkan hanya sedikit saja. Bayi yang menangis bukan hanya melulu karena ingin disusui, melainkan bisa karena kedinginan, ingin bersama ibunya, mengingat saya dan Uwais tidak berada di ruangan yang sama saat itu. Satu hal yang saya sesali sekali kala itu, ternyata tanpa sepengetahuan dan izin kami, Uwais bila menangis memang tidak diberikan susu formula, melainkan air putih. Hal ini baru saya ketahui setelah kami keluar dari rumah sakit. Akhirnya pada malam harinya kami minta agar Uwais bisa tidur satu ruangan bersama saya. Alhamdulillah, malamnya Uwais minum ASI dengan lahap, sampai-sampai saya hanya tidur beberapa jam saja.
Menyusui satu jam sekali
Saya kira drama memperjuangkan ASI untuk Uwais hanya akan berakhir di rumah sakit, namun ternyata sesampainya di rumah, perjuangan itu terus berlanjut. Memang tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa bayi lelaki menyusui lebih banyak ketimbang bayi perempuan. Namun saya kira itu tidak akan terjadi pada saya. Bila bayi pada umumnya harus dipaksa disusui beberapa jam sekali, maka yang terjadi pada Uwais adalah saya yang dipaksa menyusui setiap sejam sekali, terkadang bahkan setengah jam sekali. Alhasil, saya tidak bisa banyak melakukan sesuatu. Makan, minum, mandi, buang air besar, buang air kecil, tidur, semua harus berlomba sebelum Uwais bangun dan minta susu. Bagi saya Uwais adalah trainer saya dalam bergerak cepat kala itu. Belakangan saya baru tahu bahwa hal itu adalah growth spurt atau percepatan pertumbuhan yang ditandai dengan menyusu lebih sering dan lebih rewel.
Menyusui saat masih dipengaruhi obat bius
Karena jauh dari orang tua, saat melahirkan saya hanya ditemani suami dan seorang tetangga. Barulah keesokan harinya mertua datang membantu selama seminggu di rumah. Karena merasa tidak enak dengan mertua, ditambah perasaan sedih jauh dari orang tua, akhirnya saya mengalami depresi ringan setelah melahirkan atau baby blues. Hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab lambatnya kesembuhan pada jahitan saya. Beberapa kali saya menangis sedih karena tak kunjung sembuh dan ingin bisa beraktifitas seperti sedia kala. Puncaknya, ketika Uwais berusia dua minggu, saya kontrol ke dokter kandungan dan ternyata jahitan saya rusak. Alhasil malam itu juga saya harus melakukan repair jahitan agar tidak terjadi infeksi atau hal lain yang tidak diinginkan. Malam itu juga kami bermalam di rumah sakit dan tak lupa membawa Uwais bersama karena dia masih ASI ekslusif.
Sekitar jam 10 malam jadwal jahit ulang akan dilakukan. Maka sebelum dijahit, saya susui terus Uwais agar nanti tidak menangis. Selain itu, sedikit demi sedikit saya mulai memerah untuk cadangan bila nanti Uwais menangis ketika masih berlangsung tindakan. Sayangnya, susu perah saya tak terlalu banyak, saya hanya bisa memerah setengah botol susu kecil.
Mungkin karena tahu ibunya panik saat itu, antara masih trauma dengan sakitnya jahitan pertama dengan tak tega meninggalkan Uwais, Uwais pun ikut merasakan hal yang sama. Padahal ketika ditinggalkan, ia masih tertidur. Begitu tindakan jahit ulang dilakukan, Uwais menangis sejadi-jadinya. Tangisannya kencang sekali, bahkan terdengar ke parkiran rumah sakit. Sementara ASI perah hanya setengah botol dan langsung habis begitu diminumkan ke Uwais. Waktu itu dokter kandungan yang menangani saya juga membuka praktik di rumahnya. Sehingga, proses repair baru bisa dilakukan setelah pasiennya selesai diperiksa, sekitar tengah malam. Jadi selama beberapa jam saat proses repair dilakukan, suami dan mertua saya berjuang menenangkan Uwais yang menangis keras dan mengamuk. Hampir saja Ibu mertua menyerah dan meminta suami memberikan susu formula. Untunglah, suami masih berkeras.
Akhirnya, setelah beberapa jam proses repair pun selesai. Suami yang mengetahui hal itu langsung mengendap-endap masuk ke ruang tindakan dan langsung membaringkan Uwais di atas dada saya kemudian dalam keadaan masih dibius saya pun menyusui Uwais. Keesokan harinya tensi mertua langsung meningkat drastis karena tidak tidur semalaman menenangkan Uwais.
Menyusui dengan lecet puting
Bila umumnya ibu menyusui akan mengalami lecet puting di awal pertumbuhan gigi bayi, maka tidak dengan Uwais. Lecet puting yang saya alami terjadi ketika ia berusia 13 bulan saat giginya berjumlah enam buah. Waktu itu saya dan suami sedang menjalani LDR selama dua bulan lamanya. Selama seminggu saya harus merasa ketakutan setiap Uwais meminta susu karena trauma dengan rasa sakit dan harus merasakan sensasi menahan sakit setiap kali menyusui. Alhamdulillah setelah beberapa hari lecet puting bisa sembuh.
Begitulah sedikit cerita di awal saya menyusui Uwais. Alhamdulillah di setiap kesulitan yang ada, selalu ada kemudahan. Sekarang usia Uwais sudah 17 bulan dan masih terus menyusui InsyaAllah sampai usianya minimal dua tahun.
Sekarang Uwais sudah bisa berjalan dan bisa diajak kemana-mana. Karenanya, kini menyusui Uwais pun bisa dimana-mana. Di dalam kereta, di mall, di pantai, masjid, rumah makan, taman bermain, dan banyak lainnya.untuk itu, saya membutuhkan baju ibu menyusui yang nyaman dan enak dipakai agar bisa menyusui dimana pun dan kapan pun dengan mudah tanpa perlu kesulitan karena baju.
Salah satu online shop yang menjual aneka baju ibu menyusui adalah Hijup.com. Ada banyak sekali pilihan baju menyusui di sana. Berikut beberapa model yang saya suka.
Mau lihat koleksi lainnya? Silahkan kunjungi Hijup.com dan pilih shop by categories, lalu klik breastfeeding.
Agar para ibu tidak mengalami hal serupa dengan yang saya alami dan breasftfeeding bisa berjalan lancar, berikut saya rangkum beberapa tips dari pengalaman menyusui Uwais:
1. Jangan lupa berdo’a dan meminta kepada Allah agar kita diberi kemudahan dalam memberikan ASI.
2. Yakin dan percaya diri bahwa ASI yang kita miliki akan cukup bahkan lebih untuk anak kita.
3. Pelajari ilmu tentang menyusui sebanyak mungkin, mulai dari mitos-mitos yang salah seputar ASI dan menyusui, posisi pelekatan yang baik, dan lainnya. Jangan lupa ajak serta anggota keluarga terutama suami untuk mempelajari tentang ASI sehingga bisa turut mendukung kita dalam memberikan ASI.
4. Ikuti berbagai grup pro ASI di sosial media agar kita merasa memiliki teman seperjuangan.
5. Cermat memilih dokter dan rumah sakit yang pro dengan ASI untuk memudahkan proses pemberian ASI pada si kecil.
6. Lakukan berbagai hal baik dan menarik yang bisa membuat ibu bahagia seperti berlibur bersama keluarga, sehingga meningkatkan kualitas ASI.
7. Jangan sediakan susu formula sedikit pun di rumah, sehingga dalam keadaan sesulit apapun kita akan terus berusaha memberikan ASI.
Jadi, para ibu, happy breastfeeding untuk kita semua. Seberat apapun perjuangan yang kau lakukan saat menyusui, percayalah ada ribuan bahkan jutaan wanita sebelum kita di luar sana yang juga memberikan ASI pada anak-anaknya dan mereka berhasil. Dua tahun adalah waktu yang sebentar saja, karena kelak kita akan merindukan lagi masa-masa menyusui si kecil. Jadi, teruslah menyusui dengan penuh cinta. 😍
Tulisan ini diikutsertakan dalam Mother’s Day Blog Competition 2015 yang diselenggarakan oleh Hijup.com, The Urban Mama dan Laiqa Magazine.